Pada
tanggal 14 November 2012 di Kecamatan Curug Kota Serang. telah di lakukan
pemberian obat Filariasis tahap ke 4 oleh Dinas Kesehatan Kota Serang yang di
hadiri oleh Bapak Walikota H. Tb. Haerul Jaman, M.Sc Kepala Dinas Kesehatan
Kota Serang Bapak Drs. Asep Misbah Alfalah, Apt.MM, Para Pemangku Kebijakan di setiap
SKPD Kota Serang dan Masyarakat sekitar. Sebelum lebih jauh ada baiknya bila
kita mengetahui apa seh Penyakit Filariasis itu…??? mau tau lebih lanjut, mari
kita bahas satu persatu
Filariasis
merupakan salah satu penyakit yang termasuk endemis di Indonesia. Seiring
dengan terjadinya perubahan pola enyebaran penyakit di negara-negara sedang
berkembang, penyakit menular masih berperan sebagai penyebab utama kesakitan
dan kematian. Salah satu penyakit menular adalah penyakit kaki gajah
(Filariasis). Penyakit ini merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan
oleh cacing filaria. Di dalam tubuh manusia cacing filaria hidup di saluran dan
kelenjar getah bening(limfe), dapat menyebabkan gejala klinis akut dan gejala
kronis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk. Akibat yang ditimbulkan
pada stadium lanjut (kronis) dapat menimbulkan cacat menetap seumur hidupnya
berupa pembesaran kaki (seperti kaki gajah) dan pembesaran bagian bagian tubuh
yang lain seperti lengan, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin wanita
Pada
tahun 1994 World Health Organization (WHO) telah menyatakan bahwa penyakit kaki
gajah dapat di eleminasi dan dilanjutkan pada tahun 1997 World Health Assembly
membuat resolusi tentang eliminasi penyakit kaki gajah dan pada tahun 2000 WHO
telah menetapkan komitmen global untuk mengeliminasi penyakit kaki gajah (“The
Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem
by the year 2020”).
Di
Indonesia penyakit kaki gajah pertama kali ditemukan di Jakarta pada tahun
1889. Berdasarkan rapid mapping kasus klinis kronis filariasis tahun 2000
wilayah Indonesia yang menempati ranking tertinggi kejadian filariasis adalah
Daerah Istimewa Aceh dan Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan jumlah kasus
masing-masing 1908 dan 1706 kasus kronis. Menurut Barodji dkk (1990 –1995)
Wilayah Kabupaten Flores Timur merupakan daerah endemis penyakit kaki gajah
yangdisebabkan oleh cacing Wuchereria bancrofti dan Brugia timori. Selanjutnya
oleh Partono dkk (1972) penyakit kaki gajah ditemukan di Sulawesi. Di Kalimantan
oleh Soedomo dkk (1980) Menyusul di Sumatra oleh Suzuki dkk (1981) Sedangkan
penyebab penyakit kaki gajah yang ditemukan di Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra
tersebut adalah dari spesies Brugia malayi.
Selain
ke tiga wilayah kepulauan tersebutdiatas sebagaimana yang termuat didalam modul
eleminasi penyakit kaki gajah yang di terbitkan oleh Depkes. RI melalui Ditjen
PPM & PLDirektorat P2B2 Subdit Filariasis dan Schistosomiasis (2002)
endemisitas kejadian filariasis juga terdapat dibeberapa propinsi lainya di
Indonesia, diantaranya Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat, Kabupaten
Pekalongan Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Lebak Tangerang Propinsi Banten,
Batam Propinsi Riau, Lampung Timur Propinsi Lampung, Mamuju Propinsi Sulawesi
Selatan, Donggala Propinsi Sulawesi Tengah, Kab. Pontianak Propinsi Kalimantan
Barat, Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah, dan Kota Baru Propinsi
Kalimantan Selatan. Menurut Harijani AM. (1981) ditemukan Brugia malayi di
Kalimantan Selatan bersifat Zoonosis karena dari penangkapan berbagai binatang,
kucing, monyet daun mengandung Brugia malayi stadium dewasa dan vektornyadapat
menggigit baik manusia maupun hewan.
Seseorang
dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut
digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (
L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu
menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang
mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaki gajah ini melalui dua
tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua
perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.
Gejala
klinis Filariais Akut adalah berupa ; Demam berulang-ulang selama 3-5 hari.
Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ;
pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha,
ketiap (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit ; radang saluran
kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal
kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) ; filarial
abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah ; pembesaran tungkai, lengan, buah
dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early
lymphodema). Gejal klinis yang kronis ; berupa pembesaran yang menetap
(elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis
skroti).
Pencegahan
Bagi
penderita penyakit gajah diharapkan kesadarannya untuk memeriksakan kedokter
dan mendapatkan penanganan obat-obtan sehingga tidak menyebarkan penularan
kepada masyarakat lainnya. Untuk itulah perlu adanya pendidikan dan pengenalan
penyakit kepada penderita dan warga sekitarnya.
Pemberantasan
nyamuk diwilayah masing-masing sangatlah penting untuk memutus mata rantai
penularan penyakit ini. Menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal terpenting
untuk mencegah terjadinya perkembangan nyamuk diwilayah tersebut.
Penanggulangan
Tujuan
utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah adalah
membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita, sehingga
tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.
Dietilkarbamasin
{diethylcarbamazine (DEC)} adalah satu-satunya obat filariasis yang ampuh baik
untuk filariasis bancrofti maupun malayi, bersifat makrofilarisidal dan
mikrofilarisidal. Obat ini tergolong murah, aman dan tidak ada resistensi obat.
Penderita yang mendapatkan terapi obat ini mungkin akan memberikan reaksi
samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara dan mudah diatasi dengan
obat simtomatik. Albedazol 400mg & Paracetamol 500 mg
Dietilkarbamasin
tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis. Pengobatan diberikan oral sesudah
makan malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3
jam, dan diekskresi melalui air kemih. Dietilkarbamasin tidak diberikanpada
anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui, dan penderita sakit berat
ataudalam keadaan lemah.
Namun
pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup parah (sudah membesar) karena tidak
terdeteksi dini, selain pemberian obat-obatan tentunya memerlukan langkah
lanjutan seperti tindakan operasi.
Nah
tuh, udah pada tahu kan sekarang bahayanya Penyakit Filariasis. Nyokkk.......kita sama-sama
minum obat filariasis segera mungkin, kalau belum dapet obatnya bisa di minta di
Puskesmas terdekat di wilayah anda atau datang aja langsung ke Dinas Kesehatan
Kota Serang.
DENGAN
PENGOBATAN FILARIASIS TAHUN KE-4 MARI KITA SUKSESKAN KOTA SERANG BEBAS DARI
PENYAKIT FILARISIS PADA TAHUN 2020
(Sumber : Beberapa Artikel dan makalah )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar