Senin, 13 Februari 2012

Demam Berdarah

Jakarta, Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus yang dibawa nyamuk. Saat terinfeksi maka tubuh akan membentuk antibodi untuk melawannya. Tapi bisakah orang yang sudah pernah DBD terkena lagi?


"Kalau sudah kena sekali DBD maka ia belum kebal, karena virus DBD ada 4 jenis yaitu DEN-1, 2, 3 dan 4. Jadi kita bisa kena DBD 4 kali," ujar Dr Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI dalam acara Pocari Sweat conference 2012 'Edukasi Masyarakat Mengenai Pentingnya Cairan dan Ion untuk Jaga Kesehatan Sehari-hari' di Hotel Le Meridien, Jakarta, Minggu (12/2/2012).


Dr Leonard menuturkan meski sudah terkena 4 kali DBD dengan virus yang berbeda-beda, tapi tidak ada yang bisa memberikan jaminan aman absolut bahwa ia tidak akan terkena DBD lagi. Hal ini karena antara virus DEN-1 Indonesia misalnya dengan DEN-1 Kuba berbeda, sehingga antibodi yang terbentuk juga berbeda.


"Sekarang transportasi sudah sangat hebat, jadi enggak bisa make sure steril atau bebas dari DBD terlebih jika ia pergi ke luar negeri. Tapi kemungkinan kena laginya jauh lebih kecil, karena antibodi untuk keempat virus itu sudah ada," ujar Dr Leonard yang merupakan ahli penanganan demam berdarah dan penyakit infeksi tropik dari FKUI.


Kapan seseorang dicurigai terkena demam berdarah dengue?


Berdasarkan WHO dan Kemenkes, seseorang dicurigai DBD jika ia mengalami:

  1. Demam mendadak ditambah 2 gejala dibawah ini
  2. Sakit kepala
  3. Nyeri di belakang mata
  4. Nyeri otot
  5. Nyeri tulang
  6. Ruam (bercak merah) di kulit
  7. Tanda perdarahan
  8. Leukosit atau sel darah putihnya rendah
  9. Uji tes serologi dengue positif
  10. Ada tetangga yang diketahui positif DBD


"Demam mendadak ini misalnya pagi harinya ia masih terlihat baik-baik saja, tiba-tiba besoknya mengalami demam. Apalagi kalau demam disertai dengan gejala yang muncul banyak," ujar dokter kelahiran pemantang siantar, 15 Februari 1969.


Sementara itu perdarahan yang muncul bisa hanya terjadi di bawah kulit (muncul bintik-bintik merah) sampai muntah darah atau mimisan, tergantung dari seberapa banyak cairan yang keluar dari pembuluh darah akibat kebocoran.


"Untuk diagnosis DBD bisa dilakukan dengan melakukan tes IgG/IgM dan tes NS1. Kalau ditanya yang mana yang paling akurat, jawabannya dua-duanya, tapi waktunya yang harus dilihat. Jika demam baru 2 hari maka tes NS1, tapi kalau demam hari kelima maka tes IgG/IgM," ungkapnya.


Hal ini karena untuk tes IgG/IgM berfungsi mendeteksi antibodi yang terbentuk di dalam tubuh. Antibodi ini baru terbentuk setelah demam hari ketiga dan alat baru bisa mendeteksi pada hari kelima ketika jumlah antibodi sudah mencapai angka tertentu.


Sedangkan tes NS1 digunakan untuk mendeteksi bagian virus apakah ada di dalam tubuh atau tidak, tes ini sudah bisa dilakukan sejak hari pertama demam. Karena itu harus dilihat terlebih dahulu waktunya, sudah berapa hari demam yang dialaminya.


Fase demam berdarah ini ada masa inkubasi sekitar 5-9 hari mulai dari infeksi sampai timbul gejala, lalu fase akut yang mana sudah muncul gejala sekitar 1-3 hari dan pada hari ke 4-6 merupakan fase kritis. Saat itulah terjadi kebocoran pembuluh darah kapiler.


Jika pasien DBD mengalami kedaruratan seperti syok, kejang, kesadaran menurun dan perdarahan maka harus dirawat di rumah sakit. Tapi jika masih bisa makan dan minum dengan baik serta tidak ada kegawatdaruratan maka bisa rawat jalan sambil tetap minum yang banyak, obat untuk mengatasi gejala dan monitor pemeriksaan laboratorium untuk hemoglobin, hematokrit, leukosit dan trombosit.


"Karena belum ada vaksin atau obat untuk membunuh virus, maka pengandalian lingkungan dan perilaku penting, salah satunya dengan mencegah genangan air terutama saat musim hujan, karena satu tetes genangan air saja bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk," ujar Dr Leonard yang juga menjadi konsultan tim ahli demam berdarah Kemenkes RI.

Ini Alasan Kenapa Pasien Demam Berdarah Tak Boleh Kurang Cairan

Saat terkena penyakit infeksi demam berdarah dengue, pasien biasanya dianjurkan untuk banyak mengonsumsi cairan agar kondisinya cepat membaik. Kenapa cairan sangat penting untuk pasien DBD?

"Asupan cairan ini penting untuk mengganti air dan ion yang keluar dari pembuluh darah akibat mengalami kebocoran," ujar Dr Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI dalam acara Pocari Sweat conference 2012 'Edukasi Masyarakat Mengenai Pentingnya Cairan dan Ion untuk Jaga Kesehatan Sehari-hari' di Hotel Le Meridien, Jakarta, Minggu (12/2/2012).

Dr Leonard menuturkan ketika nyamuk aedes aegypti menggigit maka akan timbul reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap virus tersebut. Kondisi ini membuat tubuh melepaskan zat-zat kimia seperti sitokin.

Zat-zat ini nantinya akan bermuara ke pembuluh darah kapiler yang hanya memiliki 1 lapisan sehingga ia mudah mengalami kebocoran atau keluarnya cairan karena celah-celahnya semakin lebar.

Pembuluh darah kapiler ini mengandung komposisi darah (sel darah putih, sel darah merah dan trombosit) serta plasma darah yang terdiri dari air, protein, gula dan ion. Saat mengalami kebocoran maka plasma darah akan keluar dari pembuluh darah, yang paling cepat keluar adalah air, ion dan gula.

Lama kelamaan akan menjadi lebih pekat, jika semakin pekat maka aliran darah akan melambat yang membuat suplai nutrisi dan oksigen berkurang sehingga tubuh bisa syok hingga meninggal.

"Tanda-tanda jika sudah pekat adalah hasil tes laboratorium untuk hematokritnya meningkat. Kalau sudah pekat diobatinnya dengan asupan cairan," ujar dokter yang juga menjadi konsultan tim ahli demam berdarah dengue Kementerian Kesehatan RI.

Dr Leonard menjelaskan jika melihat hasil laboratorium sebaiknya jangan hanya trombosit saja, tapi lihat juga hematokrit karena itu yang bahaya. Kalau nilainya semakin tinggi maka butuh cairan lebih banyak.

"Seberapa cepat celah di pembuluh darah ini melebar tergantung dari berapa banyak zat yang dilepaskan terutama sitokin, semakin banyak yang lepas maka makin cepat terbukanya. Kondisi ini tergantung dari faktor genetik, umumnya orang berkulit putih lebih cepat," ungkapnya.

Selain itu pada orang gemuk, kebocoran ini lebih berdampak. Hal ini karena secara umum total jumlah air dalam tubuhnya lebih sedikit dibanding orang normal. Serta pada orang gemuk kemampuan tubuh untuk menetralisir virus kurang karena reaksi kekebalan tubuhnya sudah dipakai sebagian untuk memerangi lemaknya.

Dr Leonard mengungkapkan sampai saat ini belum ada obat yang bisa membunuh virus dengue dan juga belum ada obatnya. Untuk itu pengobatan yang dilakukan adalah dengan mengobati per gejala seperti obat sakit kepala, obat penurun panas dan juga konsumsi cairan yang banyak.

"Jika pasien masih bisa makan minum dan kadar trombosit lebih dari 100.000, maka pasien bisa rawat jalan tapi harus banyak minum minimal 2 liter per hari, konsumsi obat panas dan monitor laboratorium seperti hematokrit dan trombosit," ujar Dr Leonard.

Meski begitu pada anak-anak dibutuhkan perhatian yang lebih telaten karena sistem rangsangan anak terhadap rasa haus belum sempurna sehingga kadang ia sedikit minum yang membuatnya bisa lebih kecolongan atau meninggal.

(sumber : detik.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar