BALTIK, BL-Pejabat pemerintah, pakar energi dan pengusaha dari Eropa, AS dan Tiongkok bertemu dalam konferensi di tempat wisata Sopot, Laut Baltik untuk membahas masa depan sumber-sumber dan kebijakan energi Eropa. Isu-isu yang dibahas tersebut khususnya penting bagi negara-negara di Eropa Tengah, seperti Polandia, yang sangat bergantung pada impor minyak dan gas dari Rusia untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Untuk mengurangi ketergantungan, banyak negara Eropa mendesak pencarian sumber-sumber energi baru. Termasuk diantaranya membangun jalur pipa baru yang melalui Rusia atau eksplorasi bahan bakar baru seperti gas yang terperangkap diantara lapisan bebatuan, dan produksi energi alternatif.
Tuan rumah pertemuan itu, Polandia, mengimpor hampir 70 persen gas dan 90 persen minyak mentahnya dari Rusia. Ini membuat negara itu mendukung kebijakan bersama Uni Eropa untuk menjamin pasokan energi yang stabil dan harga yang rendah.
Para pakar dalam konferensi itu berpendapat bahwa pemerintah harus lebih terlibat dalam membentuk industri energi di negara mereka dengan menciptakan lingkungan yang ramah bagi investasi.
Di beberapa negara, kebutuhan untuk mendanai sumber-sumber energi baru dan terbarukan akan memicu kenaikan harga, kata pakar Wojciech Hann dari perusahaan jasa Deloitte and Touche. Itu yang terjadi di Jerman, yang pemerintahnya bertekad untuk berhenti menggunakan energi nuklir setahap demi setahap.
Guna meredakan kekhawatiran di Eropa mengenai dominasi Rusia sebagai penghasil energi, seorang anggota parlemen Rusia Alexander Vasilenko menyarankan agar kedua pihak bekerjasama lebih erat dalam proyek-proyek energi gabungan.
Para pakar dalam pertemuan dua hari itu juga membahas isu-isu lain, termasuk pembangunan proyek-proyek penghematan energi, peran bahan bakar fosil dan masa depan energi nuklir – yang kini menjadi sorotan menyusul bencana tahun lalu di Jepang.(VOA)
Tuan rumah pertemuan itu, Polandia, mengimpor hampir 70 persen gas dan 90 persen minyak mentahnya dari Rusia. Ini membuat negara itu mendukung kebijakan bersama Uni Eropa untuk menjamin pasokan energi yang stabil dan harga yang rendah.
Para pakar dalam konferensi itu berpendapat bahwa pemerintah harus lebih terlibat dalam membentuk industri energi di negara mereka dengan menciptakan lingkungan yang ramah bagi investasi.
Di beberapa negara, kebutuhan untuk mendanai sumber-sumber energi baru dan terbarukan akan memicu kenaikan harga, kata pakar Wojciech Hann dari perusahaan jasa Deloitte and Touche. Itu yang terjadi di Jerman, yang pemerintahnya bertekad untuk berhenti menggunakan energi nuklir setahap demi setahap.
Guna meredakan kekhawatiran di Eropa mengenai dominasi Rusia sebagai penghasil energi, seorang anggota parlemen Rusia Alexander Vasilenko menyarankan agar kedua pihak bekerjasama lebih erat dalam proyek-proyek energi gabungan.
Para pakar dalam pertemuan dua hari itu juga membahas isu-isu lain, termasuk pembangunan proyek-proyek penghematan energi, peran bahan bakar fosil dan masa depan energi nuklir – yang kini menjadi sorotan menyusul bencana tahun lalu di Jepang.(VOA)
sumber : http://www.beritalingkungan.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar