Aksi aktivis lingkungan Greenpeace memprotes pencemaran sungai Citarum, Jawa Barat. Foto : Greenpeace.
Berbagai ancaman
pengrusakan dan pencemaran lingkungan hidup masih terus menghantui
lingkungan Indonesia. Di tahun 2011 ini sejumlah komitmen positif dari
pemerintah untuk melestarikan lingkungan, sayangnya komitmen itu miskin
aksi. Berikut Kaledioskop lingkungan 2011 yang disari dari catatan akhir
tahun Greenpeace.
Hutan Indonesia
Di
tahun 2011 adalah tahun yang bersejarah karena akhirnya moratorium
(penghentian sementara) penghancuran hutan di berlakukan selama dua
tahun. Selain itu, salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di
Indonesia Golden Agri Resources (GAR) – Sinar Mas Group juga
mengeluarkan komitmen untuk berhenti merusak hutan alam bernilai
konservasi tinggi yang memiliki kandungan karbon tinggi. Selama
lebih dari empat tahun Greenpeace berkampanye mendesak segera
diberlakukannya moratorium dan mendesak GAR (Sinar Mas) berhenti merusak
hutan alam. Bagi Greenpeace, komitmen
Moratorium tidak akan berarti apa-apa tanpa aksi nyata segera dari
pemerintah. Moratorium tidak akan efektif dalam menyelamatkan hutan
Indonesia jika pemerintah tidak melakukan evaluasi terhadap izin-izin
konsesi yang telah diberikan di kawasan yang masih memiliki tutupan
hutan alam.
Selain itu penegakkan hukum
dan tata kelola pemerintahan yang baik juga mutlak harus segera
diwujudkan karena menurut data dari Kementerian Kehutanan, kerugian
negara akibat kerusakan hutan telah mencapai Rp180,2 triliun. Indonesia
Corruption Watch (ICW) juga mencatat bahwa selama kurun 2005 hingga 2010
negara dirugikan Rp169,7 triliun
Iklim dan Energi
Dari
sektor energi, di tahun 2011 adalah titik perenungan untuk Indonesia
menghentikan rencan pembangunan PLTN, Setelah bencana ledakan reaktor
Fukushima di bulan Maret 2011, Presiden SBY dan Kementerian Energi
Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan menyatakan tidak akan membangun
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Selama bertahun-tahun
Greenpeace terus berkampanye mengenai bahaya, resiko dan biaya PLTN yang
tidak sebanding dengan manfaatnya, serta mempromosikan energi
terbarukan sebagai solusi.
Sampai akhir
tahun 2011, Indonesia masih sangat tergantung terhadap bahan bakar
fosil untuk memenuhi kebutuhan energinya. Pemerintah masih menganggap
batubara sebagai sumber energi termurah, puluhan PLTU batubara dibangun
di seluruh wilayah Indonesia. Indonesia juga tercatat sebagai negara
pengekspor batubara terbesar kedua di dunia setelah Australia.
Ironisnya,
Energi Terbarukan yang merupakan solusi global untuk mengurangi emisi
gas rumah kaca dan mitigasi terhadap perubahan iklim, justru sangat
lambat perkembangannya di Indonesia. Sampai akhir tahun 2011, kontribusi
energi terbarukan dalam bauran energi Indonesia masih kurang dari 5%.
Indonesia,
sebagai negara kepulauan merupakan salah satu negara yang paling rentan
sekaligus paling tidak siap untuk mengatasi dampak-dampak perubahan
iklim. Studi yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyatakan
bahwa kawasan Asia Tenggara, termasuk didalamnya Indonesia akan
menghadapi dampak yang paling buruk dari perubahan iklim dibanding yang
akan dialami oleh negara-negara lain di dunia..
Limbah Beracun
Kampanye
limbah beracun dimulai Greenpeace di Indonesia pada tahun ini, ada
beberapa sinyalemen positif dari pemerintah yang telah secara terbuka
mengakui keterbatasan mereka dalam mengkontrol praktek pembuangan limbah
industri dan juga mengakui bahwa Sungai Citarum tercemar oleh limbah
industri dan kualitas airnya yang telah tercemar berat oleh berbagai
sumber.
Pemerintah Indonesia dan
Industri harus mengadopsi komitmen politik terhadap ‘nol pembuangan’
bahan kimia berbahaya dalam satu generasi yang berdasarkan prinsip
kehati-hatian dan menggunakan pendekatan pencegahan dalam manajemen
bahan kimia untuk menjamin masa depan yang bebas toksik dan untuk
sumber-sumber air yang bersih dari bahan kimia berbahaya di Sungai
Citarum dan di tempat lain di Indonesia sebagai jalan terbaik untuk
menghindari biaya lingkungan, ekonomi, kesehatan dan sosial yang besar
dalam jangka panjang akibat polusi industri terhadap sumber air.
Ada
beberapa catatan yang bisa dipetik dari 2011 adalah di dalam upaya
penyelamatan lingkungan sering menghadapi kekuatan status quo yang
berusaha menghambat dan berpotensi merepresi kekebasan berserikat
kelompok masyarakat sipil.
Upaya
penyelamatan membutuhkan komitmen riil dari semua kalangan. Urusan
pelestarian lingkungan tak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah dan
para aktivis lingkungan, tapi perlu keterlibatan dan dukungan semua
stakeholeder masyarakat, karena bumi ini merupakan rumah kita yang wajib
kita jaga dan lestarikan.***
(sumber : http://www.beritalingkungan.com/berita/2011-12/kadioskop-lingkungan-hidup-2011/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar